`KATA PENGANTAR
DenganMenyebutNama Allah MahaPengasihLagiMahaPenyayang. SegalaPujiHanyaMilik
Allah yang menguasaiseluruhalam., yang olehkarenaRahmatdankarunia-Nya, kami
dapatmenyusunmakalahtentangStrategiPembelajaraninisebagaitugaskelompokdalammatakuliahBelajardanpembelajaran
Kami
menyampaikanpenghargaansetinggi-tingginyakepadasemuapihak yang
telahberkenanmembantu kami
baikmelaluipikiranmaupundalambentuktindakanapapungunamenyelesaikanmakalahini.
Kami
menyadaribahwamakalahinimasihjauhdarikesempurnaan, olehkarenaitu kami
berharapmasukandankritikandaripembacasekaliangunagunaperbaikanberkesinambunganbagikitasemua.
Dan akhirnya
Kamiberharapsemogamakalahinidapatbergunabagi yang membacanya.
DaftarIsi
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembelajaran
kontekstual atau lebih dikenal dengan CTL (Contextual Teaching and Learning)
sebenarnya bukan hal baru, tetapi CTL dewasa ini sangat ditekankan karena
perkembangan dunia kerja di jaman global yang ditandai dengan persaingan bebas,
sehingga sekolah harus menyusun ulang kurikulumnya untuk menyesuaikan dengan
tuntutan global tersebut. Pada awalnya, CTL lebih banyak digunakan pada
sekolah-sekolah kejuruan, kemudian digunakan di sekolah umum tetapi untuk
anak-anak dengan kemampuan dibawah rata-rata. Kemudian, ketika CTL digunakan
untuk belajar konsep-konsep/akademis, CTL digunakan dalam bentuk watered-down
dari konsep-konsep abstrak yang harus dipelajari dengan sedikit
contoh-contoh penggunaan di dunia nyata. Sekarang CTL digunakan dalam
kurikulum, termasuk KBK yang menegaskan bahwa proses belajar mengajar harus
berbasis CTL.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Strategi Dasar Pembelajaran
Kontekstual
Contextual
teaching and Learning(CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh ntuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Ada
tiga hal yang harus dipahami. Pertama CTL menekankan kepada proses keterlibatan
siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses
pengalaman secara langsung. Kedua CTL mendorong agar siswa dapat menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya
siswa dituntut untuk menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah
dengan kehidupan nyata. Ketigamendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam
kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi
yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Terdapat
lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan CTL.
- Pembelajaran
merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating
knowledge)
- Pembelajaran
untuk memperoleh dan menambah pengetahuan
baru (acquiring knowledge)
- Pemahaman
pengetahuan (understandingknowledge)
- Mempraktikan
pengetrahuan dan pengalaman tersebut(applying knomledge)
- Melakukan
refleksi (reflecting knowledge)
B. Latar Belakang Filosofi dan
Psikologis CTL
1. Latar belakang
Filosofis
CTL
banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark
Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat,
bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan
“skema”. Skema terbentuk karena pengalaman, dan proses penyempurnaan skema itu
dinamakan asimilasi dan semakin besar pertumbuhan anak maka skema akan semakin
sempurna yang kemudian disebut dengan proses akomodasi.
Pendapat
Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur
kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran,
diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual,
pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh
siswa.
2. Latar belakang Psikologis
Dipandang
dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut
aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan.
Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon.
Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat,
motivasi, dan kemampuan atau pengalaman.
Ada yang perlu dipahami tentang belajar dalam konteks
CTL.
- Belajar
bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai
dengan pengalaman yang mereka miliki
- Belajar
bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas.
- Belajar
adalah proses pemecahan masalah
- Belajar
adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang dari yang sederhana
menuju yang kompleks
- Belajar
pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.
C. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran
Konvensional
NO
|
Perbedaan CTL dengan Pembelajaran
Konvensional
|
|
CTL
|
Pembelajaran Konvensional
|
|
1
|
Siswa sebagai subjek belajar
|
Siswa sebagai objek belajar
|
2.
|
Siswa belajar melalui kegiatan kelompok
|
Siswa lebih banyak belajar secara individu
|
3.
|
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata
|
Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak
|
4
|
Kemampuan didasarkan atas pengalaman
|
Kemampuan diperoleh dari latihan-latihan
|
5
|
Tujuan akhir kepuasan diri
|
Tujuan akhir nilai atau angka
|
6
|
Prilaku dibangun atas kesadaran
|
Prilaku dibangun oleh factor dari luar
|
7
|
Pengetahuan yang dimiliki individu berkembang sesuai
dengan pengalaman yang dialaminya
|
Pengetahuan yang dimiliki bersifat absolute dan
final, tidak mungkin berkembang.
|
8
|
Siswa bertanggungjawab dalam memonitor dan
mengembangkan pembelajaran
|
Guru penentu jalannya proses pembelajaran
|
9
|
Pembelajaran bisa terjadi dimana saja
|
Pembelajaran terjadi hanya di dalam kelas
|
10
|
Keberhasilan pembelajaran dapat diukur dengan
berbagai cara
|
Keberhasilan pembelajaran hanya bisa diukur dengan
tes
|
D. Peran Guru dan Siswa dalam CTL
Setiap
siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa
tersebut dinamakan sebagai unsure modalitas belajar. Menurut Bobbi Deporter ada
tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tive visual, auditorial dan kinestis.
Tipe
visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah
tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya, dan tipe kinestetis
adalah tipe belajar dengan cara bergerak.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL.
- Siswa
harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang
- Setiap
anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh
tantangan
- Belajar
bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara
hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui
- Belajar
bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada.
E. Asas-Asas CTL
CTL
sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang
melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL
1. Konstruktivisme
Kontruktivisme
adalah proses pembangunan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman.Menekankan bahwa pembelajaran tidak semata sekedar menghafal,
mengingat pengetahuan. Akan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar
dimana siswa sendiri aktif secara mental. Membangun pengetahuannya, yang
didasari oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya. Menurut kontrutivisme,
pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan
dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor
penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk
menginterpretasi objek tersebut.
2. Inkuiri
Inkuiri
adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui
proses berfikir secara sistematis. Proses inkuiri dilakukan dalam beberapa
langkah:
- Merumuskan
masalah
- Mengajukan
hipotesis
- Mengumpulkan
data
- Menguji
hipnotis berdasarkan data yang ditemukan
- Membuat
kesimpulan
3. Bertanya (Questioning)
Belajar
pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat
dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan
menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.
Informasi dan kemampuan siswa dalam
penguasaan materi pelajarandiantaranya:
a)
Membangkitkan
motvasi siswa untuk belajar
b)
Merangsang
keingintahuan siswa terhadap sesuat
c)
Memfokuskan
siswa pada suatu yang diinginkan
d) Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan
sesuatu
4. Masyarakat Belajar (Learning
Community)
Konsep
Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL,
asas ini dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok
belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok heterogen, baik dilihat dari
kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.
5. Pemodelan (Modeling)
Merupakan
proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat
ditiru oleh setiap siswa. Membahasakan yang ada dalam pemikiran adalah salah
satu bentuk dari pemodelan. Jelasnya pemodelan adalah membahasakan yang
dipikirkan, memdemonstrasi bagaimana guru menghendaki siswanya untuk belajar
dan melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya
model. Model bisa dirancang dengan melibatkan siswa atau bisa juga mendatangkan
dari luar.
6. Refleksi (Reflection)
Merupakan
proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara
mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah
dilalui. Refleksi merupakan cara berpikir atu merespon tentang apa yang baru
dipelajari. Berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.
Praktek dalam pembelajarannya adalah guru menyiapkan waktu sejenak agar siswa
dapat melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang sudah
diperoleh pada hari itu.
7. Penilaian Nyata (Authentic
Assessment)
Adalah
proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan
belajar yang dilakukan siswa. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data
yang bisa member gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam
pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui
guru, agar siswa dapat memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang
benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan
kontekstual. Evaluasi dilakukan terhadap proses maupun hasil.
F. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL
a. Pola Pembelajaran Konvensional
Untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan
strategi pembelajaran sebagai berikut:
- Siswa
disuruh untuk membaca buku tentang pasar
- Guru
menyampaikan materi pelajaran
- Guru
memberikan kesempatan pada siswa untk bertanya
- Guru
mengulas pokok-pokok materi pelajaran yang telah disampaikan dan
dilanjutkan dengan kesimpulan
- Guru
melakukan post-tes
- Guru
menugaskan kepada siswa untuk membuat karangan sesuai dengan tema “pasar”
Model pembelajaran diatas jelas bahwa sepenhnya ada
pada kendali guru.
b. Pola Pembelajaran CTL
Untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan
strategi pembelajaran sebagai berikut:
- Pendahuluan
- Inti
- Penutup
Pada
CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak mengalami langsung dalam
kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau
menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling
membelajarkan.
G. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Karakteristik pembelajaran
kontekstual dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Johnson (2002:24), ada
delapan komponen utama dalam system pembelajaran kontekstual, seperti dalam
rincian berikut:
a. Melakukan
hubungan yang bermakna (making meaningful connections). Siswa dapat
mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam
mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau
bekerja dalam kelompok, dan orang yang belajar sambil berbuat (learning by
doing)
b.Melakukan
kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). Siswa
membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam
kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis atau anggota masyarakat
c.Belajar
yang diatur sendiri (sell-regulated learning). Siswa melakukan pekerjaan
yang signifikan: ada tujuannya, ada hubungan dengan penentuan pilihan, dan ada
produknya
d.Bekerja
sama (collaborating). Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa
bekerja secara efektif dalam kelompok
e.Berpikir
kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Siswa dapat
menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif: dapat
menganalisis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dan
bukti
f. Mengasuh
atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Siswa memelihara
pribadinya
g. Mencapai
standar yang tinggi (reaching high standards). Siswa mengenal dan
mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa
untuk mencapainya
h. Menggunakan
penilaian autentik (using authentic assessment). Siswa menggunakan
pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna
H. Tujuan Pembelajaran
Kontekstual
Sistem CTL
adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam
materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan menghubungkan mata pelajaran
akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan
sehari-hari. Dengan kata lain penggunaan pembelajaran Konstekstual bermotto :
“Belajar dengan penuh makna”. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari suatu
proses yang bermakna pula, yaitu melalui penerimaan, pengolahan dan
pengendapan, untuk kemudian dapat dijadikan sandaran dalam menanggapi gejala
yang muncul kemudian. Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya terjadi
dan dimiliki ketika seseorang siswa berada di dalam kelas, tetapi jauh lebih
penting dari itu adalah bagaimana membawa pengalaman belajar tersebut keluar
dari kelas, yaitu pada saat ia dituntut untuk menanggapi dan memecahkan
permasalahan yang nyata yang dihadapi sehari-hari. Berikut tujuan-tujuan
pembelajaran kontekstual:
a. Untuk
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya
dengan mengaitkan materi tersebut dalam konteks kehidupan mereka sehari-hari
sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara refleksi
dapat diterapkan dari permasalahan ke permasalahan lainnya.
b. Agar dalam
belajar itu tidah hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adannya pemahaman
c. Menekankan
pada pengembangan minat pengalaman siswa.
d. Untuk melatih
siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar
dapat menemukan dan menciptakan sesuatau yang bermanfaat bagi dirinya sendiri
dan orang lain.
e. Agar
pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
f. Untuk
mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengaitkan materi akademik dengan
konteks kehidupan sehari-hari.
g. Agar siswa
secara individu dapat menemukan dan mentransfer informasi-informasi kompleks
dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.
I. Kelebihan dan Kekurangan
Pembelajaran Kontekstual
1)
AdapunbeberapakeunggulandaripembelajaranKontekstualadalah:
a. Pembelajaranmenjadilebihbermaknadanriil.
Artinyasiswadituntutuntukdapatmenagkaphubunganantarapengalamanbelajar di
sekolahdengankehidupannyata. Hal inisangatpenting,
sebabdengandapatmengorelasikanmateri yang ditemukandengankehidupannyata,
bukansajabagisiswamateriituakanberfungsisecarafungsional, akantetapimateri yang
dipelajarinyaakantertanameratdalammemorisiswa, sihinggatidakakanmudahdilupakan.
b.Pembelajaranlebihproduktifdanmampumenumbuhkanpenguatankonsepkepadasiswakarenametodepembelajaran
CTL menganutalirankonstruktivisme,
dimanaseorangsiswadituntununtukmenemukanpengetahuannyasendiri. Melaluilandasanfilosofiskonstruktivismesiswadiharapkanbelajarmelalui ”mengalami”
bukan ”menghafal”.
c. Kontekstualadalah model pembelajaran yang
menekankanpadaaktivitassiswasecarapenuh, baikfisikmaupun mental
d. KelasdalampembelajaranKontekstualbukansebagaitempatuntukmemperolehinformasi,
akantetapisebagaitempatuntukmenguji data hasiltemuanmereka di lapangan
e.Materipelajarandapatditemukansendiriolehsiswa,
bukanhasilpemberiandari guru.
f. PenerapanpembelajaranKontekstualdapatmenciptakansuasanapembelajaran
yang bermakna
2)
SedangkankelemahandaripembelajaranKontekstualadalahsebagaiberikut:
a.Diperlukanwaktu yang cukup
lama saat proses pembelajaranKontekstualberlangsung.
b.Jika guru
tidakdapatmengendalikankelasmakadapatmenciptakansituasikelas yang
kurangkondusif
c. Guru lebihintensifdalammembimbing.
Karenadalammetode CTL, gurutidaklagiberperansebagaipusatinformasi. Tugas
guru adalahmengelolakelassebagaisebuahtim yang
bekerjabersamauntukmenemukanpengetahuandanketrampilan yang barubagisiswa.
Siswadipandangsebagaiindividu yang sedangberkembang.
Kemampuanbelajarseseorangakandipengaruhiolehtingkatperkembangandankeluasanpengalaman
yang dimilikinya. Dengandemikian, peran guru bukanlahsebagaiinstrukturatau
”penguasa” yang memaksakehendakmelainkan guru adalahpembimbingsiswa agar
merekadapatbelajarsesuaidengantahapperkembangannya.
d. Guru memberikankesempatankepadasiswauntukmenemukanataumenerapkansendiri
ide–ide danmengajaksiswa agar
denganmenyadaridandengansadarmenggunakanstrategi–strategimerekasendiriuntukbelajar.
Namundalamkonteksinitentunya guru memerlukanperhatiandanbimbingan yang
ekstraterhadapsiswa agar tujuanpembelajaransesuaidenganapa yang
diterapkansemula.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk itu
ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran,
yaitu sebagai berikut:
- CTL
adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara
penuh, baik fisik maupun mental.
- CTL
memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman
dalam kehidupan nyata.
- Kelas
dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi,
akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di
lapangan. Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil
pemberian dari orang lain.
B. Saran
Untuk
menyempurnakan makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
atau pihak yang menggunakan makalah ini. Berpegang pada prinsip tidak ada
gading yang tidak retak dan tidak ada final dalam ilmu. Dengan kerendahan hati
penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan senang hati
kritik dan saran dan pandangan dari berbagai pihak untuk menyempurnakan makalah
ini. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Sanjaya, Wina., Strategi
Pembelajaran, Kencana Pernada Media Group,Jakarta:2008, hlm:255
[2] Piaget, J. (1971). Psychology and
Epistemology. New York: The Viking Press.
[4]http://s3s3p.wordpress.com/2010/03/10/strategi-pembelajaran-kontekstual/
Oleh : Ramdan triyadi & Rahayu Triyanti
Oleh : Ramdan triyadi & Rahayu Triyanti
Bagai mana cara penerapan dan penetapan strategi kontekstual di dalam kelas.?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusapakah pembelajaran kontekstual ini bisa di terapka untuk matpel matematika? jelaskan !
BalasHapusmenurut saya strategi pembelajaran konstektual ini bisa diterpkan di matpel matematika karna dengan pembelajaran konstektual ini lebih memudahkan siswa memahami apa yg dijelaskan guru,contohnya materi matematika tentang bangun ruang kita bisa buat media media yg menarik yg bentuknya seperti macam-macam bentuk ruang sehingga lebih nyata dan siswa pun lebih jelas untuk memahaminya.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMenurut saya strategi pembelajaran kontekstual memang baik digunakan kepada siswa, karena siswa menjadi lebih mudah untuk memahami materi pembelajaran. Dengan strategi pembelajaran kontekstual ini, siswa bisa menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari, artinya anak SD/MI bisa menggunakan imajinasinya untuk membuat pemahaman tentang suatu materi pelajaran, tentu saja dengan bimbingan dari gurunya.
BalasHapus