Rabu, 10 Februari 2016

Strategi Pembelajaran Kontekstual

`KATA PENGANTAR


DenganMenyebutNama Allah MahaPengasihLagiMahaPenyayang. SegalaPujiHanyaMilik Allah yang menguasaiseluruhalam., yang olehkarenaRahmatdankarunia-Nya, kami dapatmenyusunmakalahtentangStrategiPembelajaraninisebagaitugaskelompokdalammatakuliahBelajardanpembelajaran
Kami menyampaikanpenghargaansetinggi-tingginyakepadasemuapihak yang telahberkenanmembantu kami baikmelaluipikiranmaupundalambentuktindakanapapungunamenyelesaikanmakalahini.
Kami menyadaribahwamakalahinimasihjauhdarikesempurnaan, olehkarenaitu kami berharapmasukandankritikandaripembacasekaliangunagunaperbaikanberkesinambunganbagikitasemua. Dan akhirnya  Kamiberharapsemogamakalahinidapatbergunabagi yang membacanya.














DaftarIsi



















BAB I

PENDAHULUAN

           

Latar Belakang

     Pembelajaran kontekstual atau lebih dikenal dengan CTL (Contextual Teaching and Learning) sebenarnya bukan hal baru, tetapi CTL dewasa ini sangat ditekankan karena perkembangan dunia kerja di jaman global yang ditandai dengan persaingan bebas, sehingga sekolah harus menyusun ulang kurikulumnya untuk menyesuaikan dengan tuntutan global tersebut. Pada awalnya, CTL lebih banyak digunakan pada sekolah-sekolah kejuruan, kemudian digunakan di sekolah umum tetapi untuk anak-anak dengan kemampuan dibawah rata-rata. Kemudian, ketika CTL digunakan untuk belajar konsep-konsep/akademis, CTL digunakan dalam bentuk watered-down dari konsep-konsep abstrak yang harus dipelajari dengan sedikit contoh-contoh penggunaan di dunia nyata. Sekarang CTL digunakan dalam kurikulum, termasuk KBK yang menegaskan bahwa proses belajar mengajar harus berbasis CTL.










BAB II

PEMBAHASAN


A. Konsep Strategi Dasar Pembelajaran Kontekstual

     Contextual teaching and Learning(CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh ntuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
     Ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Kedua CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Ketigamendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
     Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.
  1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
  2. Pembelajaran untuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge)
  3. Pemahaman pengetahuan (understandingknowledge)
  4. Mempraktikan pengetrahuan dan pengalaman tersebut(applying knomledge)
  5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge)


B. Latar Belakang Filosofi dan Psikologis CTL

1.   Latar belakang Filosofis

     CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”. Skema terbentuk karena pengalaman, dan proses penyempurnaan skema itu dinamakan asimilasi dan semakin besar pertumbuhan anak maka skema akan semakin sempurna yang kemudian disebut dengan proses akomodasi.
     Pendapat Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.

2.   Latar belakang Psikologis

     Dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan atau pengalaman.
Ada yang perlu dipahami tentang belajar dalam konteks CTL.
  1. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki
  2. Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas.
  3. Belajar adalah proses pemecahan masalah
  4. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang dari yang sederhana menuju yang kompleks
  5. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.

C. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional

NO
Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional
CTL
Pembelajaran Konvensional
1
Siswa sebagai subjek belajar
Siswa sebagai objek belajar
2.
Siswa belajar melalui kegiatan kelompok
Siswa lebih banyak belajar secara individu
3.
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata
Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak
4
Kemampuan didasarkan atas pengalaman
Kemampuan diperoleh dari latihan-latihan
5
Tujuan akhir kepuasan diri
Tujuan akhir nilai atau angka
6
Prilaku dibangun atas kesadaran
Prilaku dibangun oleh factor dari luar
7
Pengetahuan yang dimiliki individu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya
Pengetahuan yang dimiliki bersifat absolute dan final, tidak mungkin berkembang.
8
Siswa bertanggungjawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran
Guru penentu jalannya proses pembelajaran
9
Pembelajaran bisa terjadi dimana saja
Pembelajaran terjadi hanya di dalam kelas
10
Keberhasilan pembelajaran dapat diukur dengan berbagai cara
Keberhasilan pembelajaran hanya bisa diukur dengan tes

D. Peran Guru dan Siswa dalam CTL

     Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa tersebut dinamakan sebagai unsure modalitas belajar. Menurut Bobbi Deporter ada tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tive visual, auditorial dan kinestis.
     Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya, dan tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara bergerak.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL.
  1. Siswa harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang
  2. Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan
  3. Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui
  4. Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada.

E.   Asas-Asas CTL

     CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL

1. Konstruktivisme

     Kontruktivisme adalah proses pembangunan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.Menekankan bahwa pembelajaran tidak semata sekedar menghafal, mengingat pengetahuan. Akan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental. Membangun pengetahuannya, yang didasari oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya. Menurut kontrutivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut.

2. Inkuiri

     Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Proses inkuiri dilakukan dalam beberapa langkah:
  1. Merumuskan masalah
  2. Mengajukan hipotesis
  3. Mengumpulkan data
  4. Menguji hipnotis berdasarkan data yang ditemukan
  5. Membuat kesimpulan

3. Bertanya (Questioning)

     Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.
Informasi dan kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajarandiantaranya:
a)      Membangkitkan motvasi siswa untuk belajar
b)      Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuat
c)      Memfokuskan siswa pada suatu yang diinginkan
d)     Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

     Konsep Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, asas ini dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.

5. Pemodelan (Modeling)

     Merupakan proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Membahasakan yang ada dalam pemikiran adalah salah satu bentuk dari pemodelan. Jelasnya pemodelan adalah membahasakan yang dipikirkan, memdemonstrasi bagaimana guru menghendaki siswanya untuk belajar dan melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model bisa dirancang dengan melibatkan siswa atau bisa juga mendatangkan dari luar.

6. Refleksi (Reflection)

     Merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui. Refleksi merupakan cara berpikir atu merespon tentang apa yang baru dipelajari. Berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Praktek dalam pembelajarannya adalah guru menyiapkan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang sudah diperoleh pada hari itu.

7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

     Adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa member gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru, agar siswa dapat memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual. Evaluasi dilakukan terhadap proses maupun hasil.

F. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL

a. Pola Pembelajaran Konvensional

Untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:
  • Siswa disuruh untuk membaca buku tentang pasar
  • Guru menyampaikan materi pelajaran
  • Guru memberikan kesempatan pada siswa untk bertanya
  • Guru mengulas pokok-pokok materi pelajaran  yang telah disampaikan dan dilanjutkan dengan kesimpulan
  • Guru melakukan post-tes
  • Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat karangan sesuai dengan tema “pasar”
Model pembelajaran diatas jelas bahwa sepenhnya ada pada kendali guru.

b.  Pola Pembelajaran CTL

Untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:
  1. Pendahuluan
  2. Inti
  3. Penutup
            Pada CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan.

G. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Karakteristik pembelajaran kontekstual dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Johnson (2002:24), ada delapan komponen utama dalam system pembelajaran kontekstual, seperti dalam rincian berikut:
a. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections). Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang belajar sambil berbuat (learning by doing)
b.Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis atau anggota masyarakat
c.Belajar yang diatur sendiri (sell-regulated learning). Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada hubungan dengan penentuan pilihan, dan ada produknya
d.Bekerja sama (collaborating). Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok
e.Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif: dapat menganalisis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti
f. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Siswa memelihara pribadinya
g. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards). Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya
h. Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment). Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna

H.  Tujuan Pembelajaran Kontekstual

Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain penggunaan pembelajaran Konstekstual bermotto : “Belajar dengan penuh makna”. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari suatu proses yang bermakna pula, yaitu melalui penerimaan, pengolahan dan pengendapan, untuk kemudian dapat dijadikan sandaran dalam menanggapi gejala yang muncul kemudian. Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya terjadi dan dimiliki ketika seseorang siswa berada di dalam kelas, tetapi jauh lebih penting dari itu adalah bagaimana membawa pengalaman belajar tersebut keluar dari kelas, yaitu pada saat ia dituntut untuk menanggapi dan memecahkan permasalahan yang nyata yang dihadapi sehari-hari. Berikut tujuan-tujuan pembelajaran kontekstual:
a. Untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dalam konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan ke permasalahan lainnya.
b. Agar dalam belajar itu tidah hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adannya pemahaman
c. Menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
d. Untuk melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatau yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
e. Agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
f. Untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengaitkan materi akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari.
g. Agar siswa secara individu dapat menemukan dan mentransfer informasi-informasi kompleks dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.

I.  Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kontekstual

1)        AdapunbeberapakeunggulandaripembelajaranKontekstualadalah:
a. Pembelajaranmenjadilebihbermaknadanriil. Artinyasiswadituntutuntukdapatmenagkaphubunganantarapengalamanbelajar di sekolahdengankehidupannyata. Hal inisangatpenting, sebabdengandapatmengorelasikanmateri yang ditemukandengankehidupannyata, bukansajabagisiswamateriituakanberfungsisecarafungsional, akantetapimateri yang dipelajarinyaakantertanameratdalammemorisiswa, sihinggatidakakanmudahdilupakan.
b.Pembelajaranlebihproduktifdanmampumenumbuhkanpenguatankonsepkepadasiswakarenametodepembelajaran CTL menganutalirankonstruktivisme, dimanaseorangsiswadituntununtukmenemukanpengetahuannyasendiri. Melaluilandasanfilosofiskonstruktivismesiswadiharapkanbelajarmelalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
c. Kontekstualadalah model pembelajaran yang menekankanpadaaktivitassiswasecarapenuh, baikfisikmaupun mental
d. KelasdalampembelajaranKontekstualbukansebagaitempatuntukmemperolehinformasi, akantetapisebagaitempatuntukmenguji data hasiltemuanmereka di lapangan
e.Materipelajarandapatditemukansendiriolehsiswa, bukanhasilpemberiandari guru.
f.  PenerapanpembelajaranKontekstualdapatmenciptakansuasanapembelajaran yang  bermakna
2)    SedangkankelemahandaripembelajaranKontekstualadalahsebagaiberikut:
a.Diperlukanwaktu yang cukup lama saat proses pembelajaranKontekstualberlangsung.
b.Jika guru tidakdapatmengendalikankelasmakadapatmenciptakansituasikelas yang kurangkondusif
c. Guru lebihintensifdalammembimbing. Karenadalammetode CTL,  gurutidaklagiberperansebagaipusatinformasi. Tugas guru adalahmengelolakelassebagaisebuahtim yang bekerjabersamauntukmenemukanpengetahuandanketrampilan yang barubagisiswa. Siswadipandangsebagaiindividu yang sedangberkembang. Kemampuanbelajarseseorangakandipengaruhiolehtingkatperkembangandankeluasanpengalaman yang dimilikinya. Dengandemikian, peran guru bukanlahsebagaiinstrukturatau ”penguasa” yang memaksakehendakmelainkan guru adalahpembimbingsiswa agar merekadapatbelajarsesuaidengantahapperkembangannya.
d. Guru memberikankesempatankepadasiswauntukmenemukanataumenerapkansendiri ide–ide danmengajaksiswa agar denganmenyadaridandengansadarmenggunakanstrategi–strategimerekasendiriuntukbelajar. Namundalamkonteksinitentunya guru memerlukanperhatiandanbimbingan yang ekstraterhadapsiswa agar tujuanpembelajaransesuaidenganapa yang diterapkansemula.









 

BAB III

PENUTUP


A.    Kesimpulan

Untuk itu ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
  1. CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
  2. CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.
  3. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan. Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari  orang lain.

B.     Saran

Untuk menyempurnakan makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca atau pihak yang menggunakan makalah ini. Berpegang pada prinsip tidak ada gading yang tidak retak dan tidak ada final dalam ilmu. Dengan kerendahan hati penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan senang hati kritik dan saran dan pandangan dari berbagai pihak untuk menyempurnakan makalah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.






DAFTAR PUSTAKA


[1] Sanjaya, Wina., Strategi Pembelajaran, Kencana Pernada Media Group,Jakarta:2008, hlm:255
[2] Piaget, J. (1971). Psychology and Epistemology. New York: The Viking Press.
[4]http://s3s3p.wordpress.com/2010/03/10/strategi-pembelajaran-kontekstual/


Oleh : Ramdan triyadi & Rahayu Triyanti

6 komentar:

  1. Bagai mana cara penerapan dan penetapan strategi kontekstual di dalam kelas.?

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. apakah pembelajaran kontekstual ini bisa di terapka untuk matpel matematika? jelaskan !

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya strategi pembelajaran konstektual ini bisa diterpkan di matpel matematika karna dengan pembelajaran konstektual ini lebih memudahkan siswa memahami apa yg dijelaskan guru,contohnya materi matematika tentang bangun ruang kita bisa buat media media yg menarik yg bentuknya seperti macam-macam bentuk ruang sehingga lebih nyata dan siswa pun lebih jelas untuk memahaminya.

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Menurut saya strategi pembelajaran kontekstual memang baik digunakan kepada siswa, karena siswa menjadi lebih mudah untuk memahami materi pembelajaran. Dengan strategi pembelajaran kontekstual ini, siswa bisa menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari, artinya anak SD/MI bisa menggunakan imajinasinya untuk membuat pemahaman tentang suatu materi pelajaran, tentu saja dengan bimbingan dari gurunya.

    BalasHapus