STRATEGI PEMBELAJARAN
BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA
DiajukanuntukMemenuhTugasStrategi Pembelajaran
Dosen : Mario Emilzoli, M.Pd
Disusun Oleh:
Tseni Nurisyara 014.041.0172
Tita Haryati 014.041.0109
Program Studi PGMI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
SILIWANGI
BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Pujisyukursayapanjatkankehadirat Allah SWT
TuhanSemestaAlamkarenaatasizindankehendakNyamakalahsederhanainidapat kami
rampungkantepatpadawaktunya.
PenulisandanpembuatanmakalahinibertujuanuntukmemenuhitugasmatakuliahStrategiPembelajaran.Adapun
yang kami bahasdalammakalahmengenaistrategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa.
SelainitutujuandaripenyusunanmakalahinijugauntukmenambahwawasantentangpengetahuanStrategiPembelajaran.SayajugamengucapkanterimakasihkepadaBapakselakudosenStrategiPembelajaran
yang telahmembimbing kami agar
dapatmenyelesaikanmakalahini.
Sayamenyadaribahwamakalahinisangatjauhdarikesempurnaan,
olehkarenaitudengansegalakerendahanhati, sayamenerimakritikdan saran agar
penyusunanmakalahselanjutnyamenjadilebihbaikdanmohonmaafatassegalakesalahandankekurangandarimakalahini.Untukitusayamengucapkanbanyakterimakasihdansemogamakalahinibermanfaatbagiparapembaca.
Cimahi, 11 November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .........................................................................................................i
Daftar Isi
................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
....................................................................................
1
B.
Rumusan
Masalah.................................................................................1
C.
Tujuan ..................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Strategi
Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Peserta Didik
.......................................................................................
3
B.
Kelebihan dan
Kekurangan Strategi Pembelajaran yang Berorientasiada Aktivitas
Peserta Didik ...................................... 11
C.
Dasar Perimbangan Pemilihan Strategi
Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Peserta Didik
................................... 13
D.
Langkah
Pelaksanaan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Peserta Didik
.................................................................. 16
E.
Upaya Pemecahan
Kasus Pembelajarannya Dalam Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada
Aktivitas Peserta Didik ......... 17
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang
Padaawalnyaistilahstrategidigunakandalamduniamiliter
yang diartikansebagaicarapenggunaanseluruhkekuatanmiliteruntukmemenangkansuatupeperangan
dengan rencana yang telah tersusun. Dunia pendidikan yang
dalam hal ini adalah pembelajaran di dalam kelas juga membutuhkan sebuah
strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Strategi tersebut
disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi yang ada dilapangan. Strategi
pembelajaran inilah yang akan membantu
guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Strategi tersebut dapat disesuaikan
dengan pijakan yang diambil oleh guru.
Seiring dengan perkembangan ilmu pendidikan yang juga mengakibatkan adanya
perkembangan dalam dunia pendidikan maka muncul banyak sekali pijakan yang
dapat digunakan oleh guru dan juga macam strategi yang dapat digunakan oleh
guru dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya pembelajaran yang berorientasi pada
peserta didik. Banyak guru yang belum paham mengenai strategi pembelajaran yang
berorientasi pada peserta didik. Oleh karena hal tersebut makalah ini akan
membahas mengenai strategi pembelajaran khususnya yakni pembelajaran yang
berorientasi pada peserta didik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik?
2.
Apa saja kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran yang berorientasi
pada aktivitas peserta didik?
3.
Apa saja yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan strategi tersebut?
4.
Apa saja langkah pelaksanaan strategi pembelajarannya?
5.
Bagaimana upaya pemecahan kasus pembelajarannya?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Peserta
Didik
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk metode strategi pembelajaran
juga disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Untuk dapat mengimplementasikan
yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan tercapai secara optimal,
ini yang dinamakan metode. Metode digunakan untuk merealisasikan rencana yang
telah ditetapkan. Dengan demikian, satu strategi pembelajaran dapat digunakan
beberapa metode. Istilah lain yang memiliki kemiripan dengan strategi adalah
pendekatan atau approch. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik
berarti suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu dengan menggunakan pendekatan pada kegiatan atau aktivitas siswa. Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan
siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi aktivitas siswa
(PBAS).Ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas
siswa :
1. Asumsi filosofis tentang
pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkann manusia
menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan
moral. Oleh karena itu, hakikat pendidikan pada dasarnya adalah interaksi
manusia, pembinaan dan pengembangan potensi manusia, berlangsung sepanjang
hayat, kesesuaian dengan kemampuan dan tingkat perkembangan sisiwa,
keseimbangan antara kebebasan subjek didikdan kewibaan guru, serta peningkatan
kualitas hidup.
2.
Asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu :
a.
siswa bukanlah manusia ukuran mini, akan tetapi manusia yang sedang dalam
tahap perkembangan.
b.
Setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda.
c.
Anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dan dinamis
dalam menghadapi lingkungannya.
3.
Asumsi tentang guru bahwa guru bertanggung jawab atas
tercapainya hasil belajar peserta didik dan memiliki kemampuan profesional
dalam pembelajaran.
4.
Asumsi yang berkaitan dengan proses pembelajaran yaitu bahwa proses
pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem dan peristiwa
belajar akan terjadi manakala sisiwa berinteraksi dengan lingkungan yang diatur
oleh guru.
B.
Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi pada
Peserta Didik
Pembelajaran pada dasarnya
adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika berfikir
informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu
juga semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat
terwujud secara efektif dan efisien. Oleh karena itu sebelum menentukan
strategi pembelajaran ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan :
1.
Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai
2. Pertimbangan yang
berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran
3. Pertimbangan dari sudut
siswa
C. Prinsip-prinsip Penggunaan
Strategi Pembelajaran dalam Konteks Standar Proses Pendidikan
Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua
strategi pembelajaran itu cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua
keadaan. Oleh karenanya dalam pemilihan strategi pembelajaran terdapat
prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran yang dapat digunakan sebagai
dasar pertimbangan dalam pemilihan strategi pembelajaran, adalah sebagai
berikut:
1.
Berorientasi pada tujuan
Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala
aktivitas guru dan siswa, mestilah harus diupayakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Oleh karenanya keberhasilan siswa mencapai tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru. Hal ini sering
dilupakan guru. Guru yang senang berceramah, hampir setiap tujuan menggunakan
strategi penyampaian, seakan-akan dia berpikir bahwa segala jenis tujuan
dapat dicapai dengan strategi yang
demikian. Strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik
sangat cocok digunakan dalam pembelajaran dengan tujuan pemecahan masalah,
contohnya seperti kegiatan diskusi.
2.
Aktivitas
Srategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik ini
baik untuk digunakan karena dasar pertimbangan prinsip aktivitas karena
kegiatan pembelajaran itu bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi.
Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong
aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan
terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang
bersifat psikis seperti aktivitas
mental. Guru sering lupa dengan hal ini. Banyak guru yang terkecoh oleh sikap
siswa yang pura-pura aktif padahal tidak.
3.
Individualitas
Dalam proses pembelajaran adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa.
Walaupun dalam proses pembelajaran tersebut pada sekelompok siswa, namun pada
hakikatnya yang ingin dicapai adalah perubahan perilaku setiap siswa. Oleh
karena itu, dilihat dari segi jumlah siswa sebaiknya standar keberhasilan guru
ditentukan setinggi-tingginya. Semakin tinggi standar keberhasilan ditentukan,
maka semakin berkualitas proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa baik digunakan untuk mengembangkan potensi
individualitas dengan menggunakan metode Time Token Arends, karena metode
tersebut menghindari siswa mendominasi pembicaraan dalam kegiatan pembelajaran
dan atau siswa yang diam sama sekali.
4.
Integritas
Dalam proses pembelajaran harus dipandang sebagai usaha mengembangkan
seluruh siswa. Proses pembelajaran bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif
saja, akan juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotorik.
Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek
kepribadian siswa secara terintegrasi. Penggunaan metode diskusi misalnya, guru
harus dapat merancang strategi pelaksanaan diskusi tak hanya terbatas pada
pengembangan aspek intelektual saja, tetapi harus mendorong siswa agar mereka
bisa berkembang secara keseluruhan, seperti mendorong agar siswa dapat
menghargai pendapat orang lain, berani mengeluarkan gagasan atau ide orisinil,
bersikap jujur, dan lain-lain. Disamping itu, bab IV pasal 19 peraturan pemerintah
No. 19 tahun 2005 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Sesuai dengan isi peraturan pemerintah diatas, maka ada sejumlah prinsip
khusus dalam pengelolaan pembelajaran, sebagai berikut :
a.
Interaktif, Prinsip interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya
sekadar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa akan tetapi mengajar
dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk
belajar. Melalui proses interaksi, memunggkinkan kemampuan siswa akan
berkembang baik mental maupun intelektual.
b.
Inspiratif, Proses pembelajaran adalah proses inspiratif, yang memungkinkan
siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu.berbagai macam informasi dan proses
pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati yang bersifat mutlak,
tetapi merupakan hipotesis yang merangsang siswa untuk mau dan mencobanya.
c.
Menyenangkan, Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan
seluruh potensi siswa yang dapat terwujud jika siswa terbebas dari rasa takut,
dan menegangkan. Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan dengan,
pertama, dengan menata ruangan yang apik dan menarik,yang memenuhi unsur
kesehatan seperti pengaturan cahaya, adanya ventilasi, serta memenuhi unsur
keindahan misalnya cat tembok yang bersih, bebas dari debu, dan sebagainya.
Kedua, melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan
menggunakan pola dan model pembelajaran, media, dan sumber belajar yang relevan serta
gerakan-gerakan guru yang mampu memberikan motivasi belajar siswa.
d.
Menantang, Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang bagi siswa
untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Kemampuan tersebut dapat dikembangkan
melalui rasa ingin tahu siswa. Apapun yang dilakukan dan diberikan guru harus
dapat merangsang siswa untuk berfikir dan melakukan. Untuk itu dalam hal-hal
tertentu sebaiknya guru memberikann informasi yang meragukan sehingga karena
keraguan itulah siswa terangsang untuk membuktikannya.
e.
Motivasi, Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan
siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki kemampuan untuk
belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan
tugas guru dalam setiap proses pembelajaran.
Dari pemaparan prinsip-prinsip
penggunaan strategi pembelajaran dalam konteks standar proses pendidikan
tersebut diatas strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta
didik dapat memenuhi prinsip-prinsip diatas sehingga strategi pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas peserta didik dapat digunakan untuk kegiatan
pembelajaran yang sifatnya banyak membutuhkan peran serta siswa atau aktivitas
siswa seperti pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah, contohnya diskusi dan
lainnya.
1.
Konsep dan Tujuan Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa
(PBAS)
Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dipandang sebagai suatu
pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara
optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor secara seimbang.
Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini menekankan kepada
aktivitas sisiwa secara optimal, artinya pembelajaran menghendaki keseimbangan
antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual.
Seorang siswa yang tampaknya hanya diam saja, tidak berarti memiliki kadar
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa yang rendah dibandingkan dengan
seseorang yang sibuk mencatat. Sebab, mungkin saja yang duduk itu secara mental
ia aktif, misalnya menyimak, menganalisis dalam pikirannya. Sebaliknya, siswa
yang sibuk mencatat tidak bisa dikatakan memiliki kadar pembelajaran atau
aktivitas yang tinggi jika yang bersangkutan hanya sekedar secara fisik aktif
mencatat, tidak diikuti oleh aktivitas mental dan emosional.
Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa juga menghendaki hasil belajar yang seimbang
dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan
keterampilan (psikomotorik). Artinya, dalam pembelajaran yang berorientasi pada
aktivitas siswa pembentukan siswa secara keseluruhan merupakan tujuan utama
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa
ini tidak menghendaki pembentukan siswa
yang secara intelektual cerdas tanpa diimbangi olah sikap dan keterampilan, dan
sebagainya.
Pendekatan pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna.
Melalui pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini siswa tidak
hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, tetapi juga bagaimana
memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya. Dihubungkan dengan tujuan
pendidikan nasional yang ingin dicapai yang bukan hanya membentuk manusia yang
cerdas, akan tetapi juga yang lebih penting adalah membentuk manusia yang
bertakwa dan memiliki keterampilan disamping memiliki sikap budi luhur, maka
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini merupakan pendekatan
yang sangat cocok dikembangkan.
2.
Peran guru dalam implementasi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas
Siswa (PBAS)
Kekeliruan yang kerap muncul adalah adanya anggapan bahwa dengan
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa peran guru semakin
berkurang. Anggapan semacam ini tentu saja tidak tepat, sebab walaupun
pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan aktivitas siswa, tidak berarti
mengakibatkan kurangnya peran dan tanggung jawab guru. Baik guru maupun siswa
sama-sama harus berperan penuh, oleh karena peran mereka sama-sama sebagai
subjek belajar. Adapun yang membedakannya hanya terletak pada tugas yang harus
dikerjakan. Dalam implementasi
pembelajaran ini guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang
bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih
penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Oleh karena itu,
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa menuntut guru untuk kreatif
dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan
karakteristik belajar siswa. Dalam upaya itu ada beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan guru, antara lain :
a)
Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai
sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Artinya, tujuan pembelajaran tidak
semata-mata ditentukan oleh guru, akan tetapi diharapkan siswa pun terlibat
dalam menentukan dan merumuskannya.
b) Menyusun tugas-tugas
belajar bersama-sama. Artinya, tugas-tugas apa yang sebaiknya dikerjakan oleh
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak hanya ditentukan guru tetapi juga
siswa. Hal ini dilakukan untuk memupuk tanggung jawab siswa. Biasanya manakala
siswa terlibat dalam menentukan jenis
tugas dan batas akhir penyelesaiannya, siswa akan lebih bertangguung
jawab untuk mengerjakannya.
c)
Memberikan informasi tentang kegiatan yang harus dilakukan. Dengan
pemberitahuan rencana pembelajaran, maka siswa akan semakin paham apa yang
harus dilakukan.
d) Memberikan bantuan dan
pelayanan kepada siswa yang memerlukannya. Guru perlu menyadari bahwa siswa
memiliki kemampuan yang beragam. Karena itu guru harus memiliki kontrol apalagi
terhadap siswa yang dianggap lambat dalam belajar.
e)
Memberi motivasi, mendorong siswa untuk belajar melalui pengajuan
pertanyaan-pertanyaan.
f)
Membantu siswa dalam menarik kesimpulan. Dalam implementasi pembelajaran
yang berorientasi pada aktivitas siswa, guru tidak menyimpulkan sendiri pokok
bahasan yang telah dipelajari.
Selain peran-peran diatas, masih banyak tugas yang menjadi tanggung
jawab guru. Guru tidak hanya menempatkan diri sebagai sumber informasi, tetapi
berperan sebagai penunjuk dan fasilitator dalam memanfaatkan sumber belajar.
3.
Penerapan Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa dalam proses
pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran yang berorientasi pada
aktivitas siswa diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti
mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan
masalah, dan sebagainya. Keaktifan siswa ada yang dapat diamati secara
langsung seperti mengerjakan tugas,
berdiskusi, megumpulkan data dan lainnya. Namun ada juga yang tidak dapat diamati seperti kegiatan
mendengarkan dan menyimak. Untuk dapat mengetahui apakah proses pembelajaran
memiliki kadar pembelajaran dengan aktivitas siswa yang tinggi, sedang, rendah,
dapat dilihat dari kriteria penerapan pembelajaran yang berorientasi pada
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan
sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik dalam perencanaan
pembelajarann, proses pembelajaran maupun dalam
mengevaluasi hasil pembelajaran. Semakin siswa terlibat dalam ketiga
aspek tersebut, maka kadar pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa
akan semakin tinggi.
a)
Kadar pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dilihat dari
proses perencanaan :
1) Adanya keterlibatan siswa
dalam merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
serta pengalaman dan motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan kegiatan pembelajaran.
2) Adanya keterlibatan siswa
dalam menyusun rancangan pembelajaran.
3) Adanya keterlibatan siswa
dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan.
4) Adanya keterlibatan siswa
dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan.
b) Kadar pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa dilihat dari proses pembelajaran:
1)
Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosinal maupun
intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya perhatian dan motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang
diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
2)
Siswa belajar secara langsung (experiential learning). Dalam proses
pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman
nyata seperti mraba, merasakan, mengoperasikan dan sebagainya.
3)
Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.
4)
Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan sumber belajar yang
tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.
5)
Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan
mengajukan pertanyaan,berusaha memecahkan masalah selama pembelajaran
berlangsung.
6)
Terjadinya interaksi multi arah, baik antara siswa dengan siswa, antara
guru dan siswa.
c) Kadar pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa ditinjau dari kegiatan evaluasi pembelajaran :
1) Adanya keteribatan siswa
untuk menggevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukannya.
2)
Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatansemacam tes
dan tugas-tugas tertentu.
3)
Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan
berkenaan hasil belajar yangg diperolehnya.
Dari ciri-ciri tersebut dapat ditentukan apakah proses pembelajaran yang
diciptakan tinggi, sedang, atau rendah.
4.
Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran yang Berorientasi pada Siswa (PBAS)
Keberhasilan penerapan
PBAS dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya :
a)
Guru
Ada beberapahal yang mempengaruhikeberhasilan
PBAS yaitukemampuan guru, sikap professional guru, latarbelakangpendidikan
guru, danpengalamanmengajar.
Guru adalah pelaku
pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang terpenting. Di
tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak
dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru mampu
memanipulasi atau merekayasa komponen lain menjadi bervariasi. Sedangkan
komponen lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa
pembelajaran oleh guru adalah membentuk lingkungan peserta didik supaya sesuai
dengan lingkungan yang diharapkan dari proses belajar peserta didik, yang pada
akhirnya peserta didik memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan yang
diharapkan. Untuk itu, dalam merekayasa pembelajaran, guru harus berdasarkan
kurikulum yang berlaku.
b)
Peserta didik
Peserta didik merupakan
komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan potensi kemampuan
menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta ini dapat
dimodifikasi oleh guru.
c)
Tujuan
Tujuan merupakan dasar
yang dijadikan landasan untuk menentukan strategi, materi, media dan
evaluasi pembelajaran. Untuk itu, dalam strategi pembelajaran, penentuan tujuan
merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang guru, karena
tujuan pembelajran merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran
d)
Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran merupakan
medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa materi yang tersusun
secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan
kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut Suharsimi (1990)
bahan ajar merupakan komponen inti yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran.
e)
Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi pembelajaran perlu
dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses
pembelajaran.
a.
Metode
Metode adalah satu cara
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan
sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.
b.
Sarana belajar
Keberhasilan implementasi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas
siswa juga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana belajar yang meliputi
ruang kelas, setting tempat duduk siswa, media, dan sumber belajar.
c.
Alat
Alat yang dipergunakan
dalam pembelajran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran alat memiliki fungsi
sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat berupa suruhan,
perintah, larangan dan lain-lain, sedangkan yang nonverbal dapat berupa globe,
peta, papan tulis slide dan lain-lain.
d.
Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau rujukan di mana
bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar dapat berasal dari
masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya, manusia, buku, media masa,
lingkungan, museum, dan lain-lain.
e.
Evaluasi
Komponen evaluasi
merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah
ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai sebagai umpan
balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan. Kedua fungsi evaluasi
tersebut merupakan evaluasi sebagai fungsi sumatif dan formatif.
f.
Situasi atau Lingkungan
Lingkungan sangat
mempengaruhi guru dalam menentukan strategi pembelajaran. Lingkungan yang
dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik (misalnya iklim, madrasah, letak
madrasah, dan lain sebagainya), dan hubungan antar insani, misalnya dengan
teman, dan peserta didik dengan orang lain. Contoh keadaan ini misalnya menurut
isi materinya seharusnya pembelajaran menggunakan media masyarakat untuk
pembelajaran, karena kondisi masyarakat sedang rawan, maka diubah dengan
menggunakan metode lain, misalnya membuat kliping.
D. Kelebihan dan Kekurangan
Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta Didik
Strategi pembelajaran sebagai suatu metode untuk mencapai tujuan
pembelajaran dalam penggunaannya tidak selalu cocok dengan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Oleh karenanya strategi tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan. Berikut ini kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran yang
berorientasi pada peserta didik yaitu sebagai berikut :
1.
Kelebihan Penggunaan Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi pada Peserta
didik
a.
Dalam strategi pembelajaran yang berorientasi pada siswa ini menekankan
kepada aktivitas siswa secara optimal, yaitu bahwa ada keseimbangan antara
aktivitas fisik, mental, emosional juga aktivitas intelektual. Dengan tujuan untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor secara seimbang.
b.
Siswa berperan sebagai subjek pendidikan bukan objek pendidikan yang harus dijejali dengan berbagai informasi,
melainkan siswa tersebut mengolah informasi tersebut dan mengaplikasikannya
atau menghubungkannya dengan kehidupan. Sehingga melalui pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa ini siswa tidak hanya
dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan
informasi itu untuk kehidupannya. Dan menjadikan siswa
adalah subjek yang memiliki potensi untuk dapat dikembangkan.
c.
Dalam strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa guru
tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan
materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi guru berperan sebagai penunjuk dan
fasilitator dalam memanfaatkan sumber belajar. Yang lebih penting lagi bahwa
peran guru adalah memfasilitasi agar siswa
belajar.
d.
Dalam strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktifitas siswa guru dan
siswa sama-sama berperan sebagai subjek belajar yang membedakan hanyalah
tugasnya masing-masing.
e.
Kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan efisien karena siswa
berpartisipasi dalam kegiatan perumusan tujuan pembelajaran dan pengambilan
kesimpulan
.
2. Kekurangan Penggunaan
Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi pada Peserta didik
a. Dalam kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berorientasi pada
aktifitas siswa aktif dan tidak aktifnya siswa berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran hanya siswa yang mengetahuinya secara pasti. Karena keaktifan siswa ada yang
dapat diamati secara langsung seperti
mengerjakan tugas, berdiskusi, megumpulkan data dan lainnya. Namun ada hal yang tidak dapat diamati
seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak.
b. Keberhasilan strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktifitas siswa sangat tergantung kepada
apa yang dimiliki oleh guru seperti kemampuan guru, sikap profesionalitas guru,
latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru. Karena hal-hal tersebut
yang sangat menentukan bagaimana guru bisa menjalankan perannya sebagai
penunjuk dan fasilitator sehingga guru dapat memfasilitasi siswanya untuk
belajar. Tanpa hal-hal yang harus dimiliki oleh guru tersebut dapat dipastikan
proses kegiatan pembelajaran tidak akan berhasil dengan baik.
c. Dalam kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktifitas siswa
penekanan hanya pada proses bukan pada hasil dan memerlukan waktu yang panjang.
D.
Langkah-langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta Didik
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik sebagai sebuah
strategi pembelajaran yang merupakan suatu perencanaan memiliki langkah-langkah
pelaksanaannya. Berikut ini langkah-langkah pelaksanaan strategi pembelajaran :
1. Guru membuka kegiatan
pembelajaran sebagai langkah awal prapembelajaran, dengan memberikan motivasi
kepada siswa.
2. Guru sedikit menjelaskan
kompetensi yang akan dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang
dibutuhkan. Kemudian siswa berdiskusi dan mencari sumber belajar dan alat
pendukung yang berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai tersebut. Guru
juga selalu memotivasi siswa untuk terus terlibat dan berpartisipasi dalam
aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. Sehingga tidak hanya guru yang
merumuskan tujuan pembelajaran, tetapi siswa juga ikut menentukan dan
merumuskan tujuan pembelajaran.
3. Guru membantu siswa
mendefinisikan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan massalah
tersebut (menetapkan topic, tugas, jadwal dll).
4. Guru dan siswa menyusun tugas-tugas belajar bersama-sama. Artinya, tugas-tugas apa yang
sebaiknya dikerjakan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak hanya
ditentukan guru tetapi juga siswa. Hal ini dilakukan untuk memupuk tanggung
jawab siswa. Biasanya manakala siswa terlibat dalam menentukan jenis tugas dan batas akhir penyelesaiannya, siswa
akan lebih bertangguung jawab untuk mengerjakannya
5. Siswa mengumpulkan
informasi yang sesuai masalah yang sedang didiskusikan untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.
6. Guru mengawasi jalannya
kegiatan pembelajaran dan membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan
penyelesaian tugas dan membantu siswa berbagi tugas dengan temannya.
7. Guru memberikan penjelasan
terhadap materi yang sedang dipelajari dan memotivasi siswa untuk mengajukan
pertanyaan sebagai partisipasi aktif siswa. Kemudian siswa bersama-sama dengan guru menarik kesimpulan dari kegiatan
pembelajaran tersebut.
E. Upaya Pemecahan Kasus
Pembelajaran Dalam Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi pada Peserta Didik
Upaya pemecahan kasus
pembelajaran dalam strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik
dapat pula disebut sebagai kegiatan yang dapat diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran atau aplikasi strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya yaitu
:
1.
Mendengarkan dan diskusi
Diskusi berarti kegiatan
pemecahan masalah dengan bertukar pikiran melalui pendapat-pendapat dari setiap
anggota kelompok. Dalam kegiatan diskusi sangat ditentukan oleh keterampilan
mendengarkan.
Contohnya dalam
pembelajaran pelajaran ekonomi, setelah dalam pertemuan sebelumnya telah
disepakati oleh siswa sekelas yang sudah dibagi menjadi bebarapa kelompok akan
melakukan presentasi dan yang kemudian dilanjutkan diskusikan secara kelompok.
Seumpama, kelompok 1 mendapatkan materi tentang inflasi, setalah kelompok 1
melakukan presentasi menjelaskan materi tentang inflasi dan kelompok lainnya
mendengarkan serta memperhatikan meteri yang dijelaskan, kemudian melakukan
sesi tanya jawab. Pada sesi tanya jawab inilah terjadi diskusi dan saling
bertukar pikiran melaui pendapat-pendapat setiap anggota kelompok antara
kelompok satu dengan lainnya. Sebagai contoh ada pertanyaan dari anggota kelompok 3, yang menanyakan “apakah di
Indonesia ini sudah efektif mengatasi inflasi dengan kebijakan moneter dan
fiskal saja??” kemudian dari kelompok 1 memberikan pendapatnya tentang hal
tersebut dan selanjutnya moderator tiap kelompok mewakilkan 1 anggotanya untuk
berpendapat.
Berikut ilustrasi pendapat tentang pertanyaan
kelompok 3 :
a. Kelompok 1, Jawaban dari
kelompok 1 yaitu menurut kami sudah cukup efektif walaupun nilai mata uang
rupiah masih jatuh jika ditukarkan dengan mata uang negara maju seperti dolar.
b. Kelompok 4, menyetujui
pendapat dari kelompok 1.
c. Kelompok 5, kurang setuju
dengan kelompok 1 dan menyanggah. Menurut kami kurang efektif, seharusnya nilai
mata uang rupiah tidak jatuh terlalu besar seperti sekarang sudah hampir Rp.
10.000.
Sehingga demikianlah, upaya
pemecahan masalah dalam strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta
didik.
2.
Pembelajaran dengan metode Think Pair and Share (saling memberi dan
menerima pemikiran-pemikiran melalui saran dan pendapat)
Dalam pembelajaran ini
siswa dan guru saling memberi dan menerima pemikiran-pemikiran melalui saran
dan pendapat. Dalam pembelajaran ini juga menggunakan metode diskusi.
Contohnya dalam
pembelajaran pelajaran ekonomi, setelah guru menjelaskan tentang materi
kebutuhan manusia, guru memberikan pertanyaan kepada siswa “kebutuhan menusia
itu terbatas atau tidak terbatas, berikan alasannya?”. Kemudian para siswa
memberikan pendapat-pendapatnya, dari pendapat-pendapat siswa tersebut guru
menerima dan menghargai pendapat dari para siswa, lalu kemudian guru menjelaskan
tentang pertanyaan tersebut.
Sehingga demikianlah,
Pembelajaran dengan metode Think Pair and Share (saling memberi dan menerima
pemikiran-pemikiran melalui saran dan pendapat) dalam strategi pembelajaran
yang berorientasi pada peserta didik.
3.
Pembelajaran berdasarkan masalah
Dalam kegiatan
pembelajaran ini guru dan siswa memiliki peran yang sama hanya tugasnya yang
berbeda. Guru dan siswa
bersama-sama menentukan tujuan pembelajaran sampai dengan merumuskan
kesimpulan.
Contohnya dalam
pembelajaran pelajaran ekonomi, pada awal pembelajaran guru memberikan sebuah
masalah kepada siswa yaitu tentang materi kelangkaan. Guru memberikan
pertanyaan “indonesia adalah negara yang subur dan kaya SDA, akan tetapi
mengapa masih sering terjadi berbagai kelangkaan?” setelah siswa yang dibimbing
guru melakukan diskusi tentang pertanyaan tersebut dan para siswa mengemukakan
pendapatnya. Setelah itu guru memberikan kesimpulan dari diskusi tersebut.
Sehingga demikianlah,
Pembelajaran berdasarkan masalah dalam strategi pembelajaran yang berorientasi
pada peserta didik.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian yang
membahas tentang Strategi Pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik,
maka kami dapat menyimpulkan sebagai berikut :
Dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa
tersebut, peserta didik menjadi subjek pembelajaran karena yang menjadi sasaran
pembelajaran adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran. Partisipasi atau aktivitas
siswa tersebutlah yang menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Aktivitas
siswa yang dimaksud bukan hanya aktivitas fisik, mental, namun juga termasuk
aktivitas emosional dan intelektual sehingga aktivitas siswa tersebut adalah
secara optimal. Hal tersebut juga dikarenakan untuk mendapatkan hasil yang
seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif),
dan keterampilan.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina. 2006. StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses. Jakarta
KencanaPrenada Media Group.
KencanaPrenada Media Group.
Purwati, Siti. 2010. PengertianStrategiPembelajaran. http: ilmu agama
buddha.
Byethost 12. Com / berita-124-pengertian-strategi-pembelajaran.html.
Byethost 12. Com / berita-124-pengertian-strategi-pembelajaran.html.
Gulo, W. (2002).StrategiBelajarMengajar.
Jakarta: Grasindo
beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan PBAS yaitu kemampuan guru, sikap professional guru, latar belakang pendidikan guru, dan pengalaman mengajar. bagaimana jika latar belakang pendidikan guru tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan apakah masih bisa guru menerapkan strategi PBAS ?
BalasHapusSebenarnya banyak guru yang mengajar tapi tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, misalnya seorang guru yang latar belakang pendidikannya PAI, bisa saja mengajar bahasa inggris karena sekolah membutuhkan guru untuk mengajar bahasa inggris. Jika melihat kemampuan, bisa saja guru tesebut mengajar bila guru tersebut mampu dan menguasai bahasa inggris. Tapi jika melihat sikap profesional dan pengalaman mengajar guru tersebut dalam bidang bahasa inggris, tentu masih ada yang lebih profesional dan berpengalaman dari guru tersebut misalnya guru yang memang latar belakang pendidikannya bahasa inggris.
HapusPembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika berfikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat terwujud secara efektif dan efisien?
BalasHapus